CARA MENANAM JAGUNG

Cara praktis budidaya jagung yang akan saya uraikan di sini merupakan cara menanam jagung dengan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Maksud dan tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memanfaatkan lahan bekas pertanaman padi sebagai alternatif penggiliran tanaman. Dengan asumsi bahwa penggiliran tanaman sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan tanah serta menekan perkembangan hama penyakit pada tanaman sejenis atau sefamili.

SYARAT TUMBUH TANAMAN JAGUNG

Tanaman jagung tumbuh optimal pada daerah berketinggian tempat antara 200-800 mdpl. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari penuh tanpa naungan, suhu udara berkisar 22-26°C, pH tanah 6-7.

Tanaman jagung termasuk tanaman sensitif dan rakus terhadap unsur hara nitrogen, sehingga pemberian pupuk nitrogen sangat mutlak diberikan untuk menunjang keberhasilan budidaya jagung.

PELAKSANAAN BUDIDAYA JAGUNG

Persiapan Lahan Budidaya Jagung

Persiapan lahan budidaya jagung meliputi, pemberian pupuk organik atau pupuk kandang fermentasi. Pupuk organik diberikan dengan cara menaburkan pupuk membentuk larikan/baris disesuaikan dengan baris yang akan digunakan sebagai tempat penanaman jagung. Dosis pemberian pupuk organik cukup 2 ton/Ha.

Pengapuran perlu dilakukan untuk meningkatkan pH pada tanah asam hingga mendekati normal. Kondisi pH normal memungkinkan tanaman jagung tumbuh maksimal, karena penyerapan unsur hara menjadi optimal. Dosis pengapuran untuk mayoritas tanah di pulau Jawa sebanyak 400 kg/Ha. Pemberian kapur dilakukan seperti pemberian pupuk kandang, yaitu ditaburkan membentuk larikan/baris.

Pembuatan atau perbaikan drainase untuk melancarkan pembuangan air saat musim hujan. Pembersihan gulma menggunakan herbisida pra-tumbuh, dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan. Setelah penyemprotan herbisida pratumbuh lahan dibiarkan selama 10 hari.

Persiapan Benih dan Penanaman Budidaya Jagung

Persiapan benih sebanyak 6 Kg/Ha, termasuk cadangan penyulaman. Sebelum ditanam, benih terlebih dahulu direndam dalam larutan insektisida selama 1 jam, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah profenofos, betasiflutrin, klorpirifos, atau lamdasihalotrin, dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan. Tujuan perendaman benih jagung ini adalah untuk mengantisipasi serangan semut setelah benih jagung ditanam.

Buat lubang tanam berjarak 40 cm sekaligus buat lubang sebagai tempat pemupukan dengan jarak 10 cm dari lubang tanam. Jarak antarbaris selebar 70 cm. Tanam benih jagung yang sudah direndam dalam larutan insektisida sebanyak dua butir per lubang tanam. Setelah itu lakukan pemupukan pada lubang pemupukan yang sudah dipersiapkan dengan perbandingan 2 NPK 15-15-15 dan 1 urea. Dosis pemupukan sebanyak 1 sendok makan per lubang.

Pemeliharaan Tanaman Pada Budidaya Jagung

Penyulaman Budidaya Jagung

Penyulaman budidaya jagung dilakukan umur tanaman 7 hari setelah penanaman. Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih jagung yang tidak tumbuh atau benih jagung yang terserang hama, seperti ulat.

Sanitasi Lahan Pada Budidaya Jagung

Sanitasi lahan budidaya jagung meliputi pengendalian gulma, pengaturan air. Pengendalian gulma dikukan dengan cara penyiangan menggunakan cangkul. Pencangkulan dilakukan tipis hanya untuk memotong gulma di permukaan. Setelah itu tanah bekas cangkulan dibalik lalu digunakan untuk menimbun batang tanaman jagung agar lebih kuat bila diterpa angin. Pengaturan air dilakukan dengan memperbaiki saluran irigasi saat musim hujan, atau penggenangan lahan bila diperlukan saat musim kemarau.

Pemupukan Susulan Budidaya Jagung

Pupuk akar diberikan dengan cara membuat lubang pemupukan berjarak 15 cm dari batang, kemudian pupuk diberikan pada lubang yang sudah dibuat lalu ditutup lagi menggunakan tanah. Pemupukan pertama diberikan umur 25 hari dengan perbandingan 2 NPK 15-15-15 dan 1 urea. Berikan pupuk sebanyak 1 sendok makan per lubang tanam. Pemupukan kedua diberikan saat tanaman jagung berumur 50 hari menggunakan NPK 15-15-15. Dosis pemupukan 1 sendok makan per-lubang tanam.

Pupuk daun berkandungan nitrogen tinggi diberikan saat umur 15, 22, 29, dan 36 hari, sedangkan pupuk daun berkandungan phosphat dan kalium tinggi diberikan saat umur 40, 47, 54, 61 hari.

HAMA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

HAMA

Ulat Tanah (Agrotis sp.)

Hama jenis ini menyerang tanaman jagung muda di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah. Ulat tanah menyerang batang tanaman jagung muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Pengendalian hama ulat tanah dapat dilakukan menggunakan insektisida biologi dari golongan bakteri seperti Bacilius thuringiensis atau insektisida biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria bassiana. Secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan.

Belalang (Locusta sp., dan Oxya chinensis)

Seperti ulat tanah, hama jenis ini menyerang tanaman jagung saat masih muda, yaitu dengan cara memakan tunas jagung yang baru tumbuh. Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan.

Hama belalang tanaman jagung merupakan hama migran dimana tingkat kerusakannya tergantung jumlah populasinya serta tipe tanaman yang diserang.

Gejala serangan :
Hama ini menyerang terutama pada bagian daun tanaman jagung, daun terlihat rusak karena serangan dari belalang tersebut, jika populasinya banyak lalu belalang sedang dalam keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan sekaligus dengan tulang-tulang daunnya.

Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais)

Kerusakan biji oleh kumbang bubuk dapat mencapai 85% dengan penyusutan bobot biji 17%. Sitophilus zeamais dikenal dengan Maize weevil atau kumbang bubuk, merupakan serangga bersifat polifag.

Selain menyerang buah jagung, hama kumbang bubuk juga menyerang beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa, jambu mente. Namun, S. Zeamais lebih dominan menyerang buah jagung dan beras daripada lainnya. S. zeamais juga merusak biji jagung dalam penyimpanan serta juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada di areal budidaya.

Telur diletakkan satu per satu pada lubang gerekan di dalam biji, Keperidian imago sekitar 300-400 butir telur, stadia telur kurang lebih enam hari pada suhu 250 derajat celcius. Larva menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20 hari pada suhu 250derajat celcius dan kelembaban nisbi 70%. Pupa terbentuk di dalam biji dengan stadia pupa berkisar 5-8 hari.

Imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum membuat lubang keluar. Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan serta sekitar 36 hari jika tanpa makan.

Siklus hidup sekitar 30-45 hari pada kondisi suhu optimum 290 derajat celcius, kadar air biji 14%, kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi menjadi sangat cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas 15%.

Pengendalian

a) Pengelolaan Tanaman Jagung
Serangan selama tanaman areal budidaya dapat terjadi jika tongkol terbuka. Tanaman jagung yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah menyebabkan tanaman jagung mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk. Ketepatan waktu panen saat buah jagung mencapai masak fisiologis harus dilakukan, bertujuan mencegah Sitophilus zeamais, karena panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji jagung di tempat penyimpanan.

b) Varietas Jagung Resisten/Tahan
Penggunaan varietas jagung dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan asam aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk, dan penggunaan varietas yang mempunyai penutupan kelobot yang baik.

c) Kebersihan dan Pengelolaan Gudang Tempat Penyimpanan Jagung
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Untuk itu, perlu dilakukan pembersihan semua struktur gudang serta membakar semua biji yang terkontaminasi lalu membuangnya jauh dari area gudang penyimpanan jagung. Selain itu, karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji jagung juga harus dibuang jauh. Memperbaiki semua struktur gudang, termasuk dinding retak karena pada dinding retak tersebut serangga ini dapat bersembunyi, lalu berikan juga perlakuan insektisida baik pada dinding maupun plafon gudang tempat penyimpanan jagung.

d) Persiapan Biji Jagung yang Disimpan
Kadar air biji jagung ≤ 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau lebih.

e) Fisik dan Mekanis
Pada suhu lebih rendah dari 50derajat celcius dan di atas 350 derajat celcius perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran biji jagung dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Sortasi perlu dilakukan dengan memisahkan biji jagung rusak terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat(utuh).

f) Bahan Tanaman
Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera, Lantana camara, Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, akar dari Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung biji dari Annona sp. dan Melia sp.

g) Hayati
Penggunaan agensia patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) juga mampu menekan kumbang bubuk.

h) Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, fumigasi dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernapasan. Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan komoditas jagung kemudian ditutup rapat menggunaakn lembaran plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan kedap udara seperti penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau pengemasan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi parafin untuk penyimpanan skala kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan Methyl Bromida (CH3Br).

Lalat Bibit (Atherigona sp.)

Lalat bibit hanya ditemukan di daerah Jawa dan Sumatera. Hama lalt bibit ini dapat merusak budidaya jagung hingga 80% dan bahkan puso. Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari, serangga betina hidup dua kali lebih lama daripada serangga jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang, juga sangat tertarik pada kecambah atau tanaman jagung muda yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago kecil berukuran panjang 2,5-4,5 mm.
Telur Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun.
Larva terdiri dari tiga instar berwarna putih krem pada awalnya kemudian selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas melubangi batang, kemudian membuat terowongan sampai dasar batang, sehingga tanaman jagung menjadi kuning, akhirnya mati.
Pupa terdapat pada pangkal batang tanaman jagung dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa 12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat, berukuran panjang 4,1 mm.

Pengendalian
a) Hayati
- Parasitoid Trichogramma spp. Yang memarasit telur, Opius sp. dan Tetrastichus sp. Memarasit larva.
- Predator Clubiona japonicola yang merupakan predator imago.

b) Kultur Teknis
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama satu sampai dua bulan saat musim hujan, dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan famili jagung, serta tanam serempak dapat menghindari serangan lalat bibit.

c) Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1(S1)-C1-11, MSQ-P1(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45. Galur-galur jagung QPM kuning tahan terhadap serangga hama ini adalah MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.

d) Kimiawi
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing) yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15 g b.a./kg (bahan aktif/kg) benih atau karbofuran dengan dosis 6 g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman jagung berumur 5-7 hari, tanaman jagung disemprot menggunakan karbosulfan, dosis 0,2 kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik.

Gejala :
tanaman jagung muda baru tumbuh menguning karena larva baru menetas melubangi batang, kemudian membuat terowongan hingga ke dasar batang sehingga tanaman jagung menguning dan akhirnya mati. Jika tanaman jagung kemudian mengalami recovery (proses penyembuhan), maka pertumbuhannya akan kerdil.

Ulat Grayak (Spodoptera sp.)

Larva yang masih kecil merusak daun tanaman jagung lalu menyerang secara serentak berkelompok, meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan serta tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun tanaman jagung, umumnya terjadi saat musim kemarau.

Pengendalian secara fisik dapat dilakukan menggunakan alat perangkap ngengat sexferomonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu.

Penggunaan agensia hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti : Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae. Serta dari golongan bakteri yaitu Bacillus thuringensis. Pemanfaatan patogen virus untuk ulat ini juga dapat dilakukan menggunakan Sl-NPV (Spodoptera litura-Nuclear Polyhedrosis Virus). Parasit lain yang dapat dimanfaatkan adalah Parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.

Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan.

Kemampuan ulat grayak merusak tanaman jagung berkisar antara 5-50%. Ngengat aktif malam hari, sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25–500 butir) tertutup bulu seperti beludru.

Larva mempunyai warna bervariasi, ulat baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, hidup berkelompok. Ulat menyerang tanaman jagung di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi dalam tanah (tempat-tempat lembab). Biasanya ulat berpindah dari tanaman jagung satu ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.

Pupa, ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2–4 hari, larva terdiri dari 5 instar : 20-46 hari, pupa 8–11 hari).

Tanaman Inang hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Trema sp.

Penggerek Tongkol (Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.)

Imago betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan, sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol lalu akan memakan biji jagung yang sedang mengalami perkembangan. Infeksi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
pada lubang-lubang bekas gorokan hama ini terdapat kotoran-kotoran yang berasal dari hama tersebut, biasanya hama ini lebih dahulu menyerang pada tangkai bunga tanaman jagung.

Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda. Cendawan Metarhizium anisopliae menginfeksi larva.

Pengendalian kimiawi setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dan selang 1-2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat.

Penggerek Batang (Ostrinia fumacalis)

Hama ini menyerang semua bagian tanaman jagung pada seluruh fase pertumbuhan. Kehilangan hasil akibat serangannya dapat mencapai 80%. Merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung sehingga perlu diwaspadai. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larva serta umur tanaman saat terserang. Ngengat aktif malam hari, menghasilkan beberapa generasi per tahun, umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari. Telur berwarna putih, diletakkan berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi lalu telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari.

Larva baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari.

Gejala Serangan
Larva O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun tanaman jagung, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak.

Pengendalian

  1. Kultur teknis
  2. Waktu tanam yang tepat,
  3. Tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
  4. Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman) (dettaselling)

Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti :
- Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis.
- Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. furnacalis.
- Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. furnacalis.
- Cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.

Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.

Gejala :
Kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang tanaman jagung, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak.

Kutu Daun (Mysus persicae)

Hama kutu daun pada tanaman jagung adalah Mysus persicae. Hama ini mengisap cairan tanaman jagung terutama pada daun muda, kotorannya berasa manis sehingga menggundang semut dan berpotensi menimbulkan serangan sekunder yaitu cendawan jelaga. Serangan parah menyebabkan daun tanaman jagung mengalami klorosis(kuning), dan menggulung. Kutu ini juga menjadi serangga vektor penular virus mosaik. Pengendalian hama Mysus persicae dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan.

PENYAKIT

Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)

Gejala
Pada awal terinfeksi maka gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik yang disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 cm, bercak muncul dimulai pada daun terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman jagung cepat mati atau mengering, dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun tanaman jagung atau pada sisa sisa tanaman jagung di areal budidaya.

Penyebab
Penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum.

Pengendalian
- Menanam varietas tahan Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman jagung sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun.
- Penggunaan fungisida, bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.

Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani)

Gejala
Penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun, gejala bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, selanjutnya bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat.

Gejala penyakit ini dimulai dari bagian tanaman jagung yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar ke bagian atas, pada varietas yang tidak tahan penyakit ini (rentan) serangan cendawan dapat mencapai pucuk atau tongkol jagung. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji jagung, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman jagung di areal budidaya. Keadaan tanah basah, lembab, serta drainase kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium maupun sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.

Penyebab
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani.

Pengendalian
- Menggunakan varietas/galur tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah, seperti : Semar-2, Rama, Galur GM 27.
- Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi.
- Lahan mempunyai drainase yang baik.
- Pergiliran tanaman, tidak budidaya jagung secara terus menerus di lahan yang sama.
- Penggunaan fungisida, bahan aktif mancozeb dan karbendazim.

Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)

Penyakit bulai merupakan penyakit utama tanaman jagung. Penyakit ini menyerang tanaman jagung khususnya varietas rentan hama penyakit dan umur muda (antara 1 - 2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil jagung akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100% pada varietas rentan.

Gejala
Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung, akan terlihat sangat jelas di pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol jagung, bahkan tongkol jagung tidak terbentuk, daun-daun tanaman jagung menggulung serta terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.

Penyakit bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas ke seluruh bagian tanaman jagung dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun tanaman jagung yang dibentuk terinfeksi. Tanaman jagung yang terinfeksi penyakit bulai ketika berumur masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi pada tanaman yang sudah tua namun masih terbentuk buah, umumnya pertumbuhannya kerdil.

Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu Malang Jawa Timur.

Pengendalian
- Menanam varietas tahan: Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Lagaligo, dan Gumarang.
- Melakukan periode waktu yang bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan.
- Penanaman jagung secara serempak.
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman jagung sampai keakarnya (Eradikasi tanaman) yang terserang penyakit bulai.
- Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih), dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih

Busuk Tongkol


a. Busuk tongkol Fusarium

Gejala
Gejala penyakit ini permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat, kadang-kadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas berwarna merah jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman jagung serta di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih, dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.;
Penyakit busuk tongkol Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme.

b. Busuk tongkol Diplodia

Gejala
Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut dan busuk. Miselium berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada kelobot. Infeksi dimulai pada dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji dan menutupi kelobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa tanaman di lapangan.

Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.

c. Busuk tongkol Gibberella

Gejala
Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan ini dapat menjadi busuk dan kelobotnya saling menempel erat pada tongkol, buah berwarna biru hitam di permukaan kelobot dan bongkol.

Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum.

Pengendalian :
- Menggunakan pemupukan berimbang.
- Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim hujan bagian batang dibawah tongkol dipotong agar ujung tongkol tidak mengarah keatas.
Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.

Busuk Batang

Gejala
Penyakit busuk batang jagung dapat menyebabkan kerusakan pada varietas rentan hingga 65%. Tanaman jagung yang terserang penyakit ini tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam batang busuk, sehingga mudah rebah, dan bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang yang terinfeksi akan memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.

Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.

Penularan
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman inangnya. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga. Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu masuk ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.

Pengendalian
1. Menanam varietas tahan, hasil seperti BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, dan J1-C3.
2. Pergiliran tanaman.
3. Pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
4. Drainase yang baik.
5. Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.

Karat Daun (Puccinia polysora)

Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.

Penyebab
Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia polysora

Pengendalian
- Menanam varietas tahan : Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1 dan Semar- 10
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai keakarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi karat daun dan gulma
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil

Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn.)

Gejala
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O dan T. Ras O bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2_1,9) cm, sedangkan Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) cm. Ras T berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih berbahaya (virulen) dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam.

Tongkol yang terserang/terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji, dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.

Penyebab
Penyakit bercak daun penyebabnya adalah : Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T.

Pengendalian
- Menanam varietas tahan : Bima-1, Srikandi Kuning-1, Sukmaraga dan Palakka
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim

Virus Mosaik

Gejala
Gejala penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning, dan dilihat secara keseluruhan tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai namun permukaan daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara non persisten. Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan hasil.

Pengendalian
Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang.
Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama.
Penggunaan peptisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi.
Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top